Kue tradisional
khas Bali yang dibuat dari bahan baku beras ketan yang disebut
dengan kue lukis sampai saat ini makin eksis saja, di tengah
banyaknya kue yang dibuat dari bahan tepung dan keju di
pasaran. Terutamanya di pasar-pasar tradisional maupun modern,
yang membuat konsumen tertarik mengkonsumsinya.Kue lukis juga sudah banyak dipakai oleh pengusaha
katering, untuk disuguhkan dalam jamuan resmi atau tidak
resmi termasuk upacara adat.
Seiring dengan bertambahnya permintaan kue
berbentuk segi tiga itu, produksi juga saat ini terus
bertambah tiap hari. Di samping itu, perajin kue lukis juga
makin banyak jumlahnya sebagai pertanda kue itu makin digandrungi
konsumen. Terlebih lagi ketika santernya isu banyak makanan yang
mengandung bahan berbahaya, membuat konsumen berpaling ke
jenis kue tradisional. Terlebih lagi, nilai jualnya bersaing
hanya Rp 1.000 isi tiga 3 biji.
Biasanya pedagang menghabiskan 2 kg bahan baku berupa beras ketan per hari. Namun, sekarang bertambah bisa menjadi 5 kg per hari. Penikmat kue lukis tidak saja penduduk lokal, namun juga wisatawan nusantara dan mancanegara yang berkunjung ke Ubud. Untuk konsumen lokal, kue itu juga cukup laris jika ada masyarakat yang sedang melangsungkan upacara adat. Seperti upacara perkawinan, ngaben termasuk kegiatan lainnya.
Kue lukis paling disukai konsumen, karena jauh dirasakan lebih berisi daripada mengkonsumsi jenis kue lain yang dibuat dari bahan tepung. Selain membuat kue lukis sendiri, para pedagang selama ini juga membeli dari para perajin. Kue lukis selain legit, juga aromanya gurih karena tidak menggunakan bahan pewarna dari kimia. Namun bahan pewarnanya dari daun kayu sugih serta dibungkus dengan daun pisang. Dengan proses pembuatannya yang masih alami itu, membuat produksi kue lukis masih terbatas jumlahnya. Terlebih lagi, harga bahan baku berupa beras ketan Bali mencapai Rp 7.000 per kgnya.
Biasanya pedagang menghabiskan 2 kg bahan baku berupa beras ketan per hari. Namun, sekarang bertambah bisa menjadi 5 kg per hari. Penikmat kue lukis tidak saja penduduk lokal, namun juga wisatawan nusantara dan mancanegara yang berkunjung ke Ubud. Untuk konsumen lokal, kue itu juga cukup laris jika ada masyarakat yang sedang melangsungkan upacara adat. Seperti upacara perkawinan, ngaben termasuk kegiatan lainnya.
Kue lukis paling disukai konsumen, karena jauh dirasakan lebih berisi daripada mengkonsumsi jenis kue lain yang dibuat dari bahan tepung. Selain membuat kue lukis sendiri, para pedagang selama ini juga membeli dari para perajin. Kue lukis selain legit, juga aromanya gurih karena tidak menggunakan bahan pewarna dari kimia. Namun bahan pewarnanya dari daun kayu sugih serta dibungkus dengan daun pisang. Dengan proses pembuatannya yang masih alami itu, membuat produksi kue lukis masih terbatas jumlahnya. Terlebih lagi, harga bahan baku berupa beras ketan Bali mencapai Rp 7.000 per kgnya.